Bencilah Dosanya, Tetapi Janganlah Benci Pelaku Dosanya
Pernahkah kalian mendengar kalimat: “Bencilah dosanya, tetapi janganlah benci orang yang melakukan dosanya.” Dalam Bahasa Inggris: “Hate the sin, but don’t hate the sinner.” Kita sebagai orang Kristen dikatakan harus memegang dan menerapkan pernyataan tersebut di dalam hidup kita, karena itulah yang dilakukan oleh Juru selamat kita. Namun, dari dulu saya merasa hal ini tidaklah masuk akal. Bagaimana mungkin kita dapat membenci perbuatan buruk yang seseorang lakukan, tetapi tidak membenci orang yang melakukan hal buruk tersebut?
Mari kita katakan ada seseorang yang baru saja membunuh sahabat kita. Jadi kita harus membenci pembunuhan, tetapi tidak membenci orang yang melakukan pembunuhan tersebut? Malahan kita harus tetap mengasihi orang yang telah membunuh sahabat kita tersebut? Bagaimana caranya?
Contoh lain: Mari kita katakan ada seseorang yang baru saja menipu kita di dalam bisnis. Jadi kita harus membenci penipuan, tetapi tidak membenci orang yang melakukan penipuan tersebut? Malahan kita harus tetap mengasihi orang yang telah menipu kita tersebut? Bagaimana caranya?
C. S. Lewis membantu saya dalam menjawab kebingungan saya ini, dia mengatakan: Ada satu orang di dunia ini yang kamu sangat benci dosa-dosanya, tetapi entah mengapa kamu tidak dapat membenci pelaku dosanya. Orang tersebut adalah dirimu sendiri.”
Saya sadar bahwa benar sekali yang C. S. Lewis katakan ini. Saya benci setiap kali saya jatuh ke dalam kesombongan, iri hati, dendam, hawa nafsu, atau dosa-dosa lainnya. Saya sangat benci dengan dosa-dosa itu, tetapi saya tidak membenci diri saya sang pelaku dosa-dosa tersebut. Justru karena saya begitu mengasihi diri saya, saya ingin menjadi seorang pribadi yang terbebas dari dosa. Semakin saya mencintai diri saya sendiri, semakin saya membenci dosa saya; semakin saya ingin menjadi pribadi yang benar di dalam Tuhan, semakin saya ingin lepas dari dosa-dosa saya.
Pada Matius 22:39, Tuhan Yesus mengatakan: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Inilah basis kita dalam mengasihi sesama kita, kita harus mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Seperti kita yang benci dengan dosa-dosa kita tetapi tidak benci akan diri kita sendiri yang telah melakukan dosa-dosa itu, kita juga harus membenci dosa-dosa orang lain tanpa membenci orang-orang yang melakukan dosa-dosa itu. Kita harus belajar memaafkan orang lain seperti kita memaafkan diri kita sendiri.
Marilah kita contoh Tuhan kita, yang sangat membenci dosa, namun tetap mengasihi kita para orang-orang berdosa. Roma 5:8 mengatakan: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Tuhan Yesus mati untuk dosa-dosa kita bukan karena kita merupakan orang-orang benar, tetapi justru ketika kita penuh dengan dosa. Tuhan Yesus telah mengampuni kita di saat kita tidak layak diampuni.
Hari ini, Tuhan mengajak kita untuk melakukan hal yang sama. Kita sudah diampuni dari setiap kesalahan kita; sekarang, maukah kita juga mengampuni sesama kita yang mungkin sudah bersalah kepada kita? Apakah kita mau membenci dosa tanpa membenci para pendosanya?
“Hate the Sin, Love the Sinners!”
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39)
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:12)