Top Ad unit 728 × 90

[recentposts]

Renungan Yesus Kristus Batu Penjuru

 

1 Petrus 2:1-10

Yesus Kristus Batu Penjuru

 

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan

Tradisi iman dilakukan warga gereja saat memulai suatu pembangunan entah bangunan rumah tempat tinggal, perkantoran, dan lain-lain selalu diawali dengan ibadah peletakan batu pertama (batu penjuru). Hal ini penting dilakukan dalam keyakinan dapat menentukan langkah pekerjaan pembangunan selanjutnya. Yesus Kristus adalah gambaran batu penjuru yang hidup dan mendasari langkah perjalanan umat-Nya di dunia. Sebagai dasar kehidupan iman, Yesus Kristus menjamin keselamatan dan kehidupan kekal bagi orang percaya. Ia mengarahkan, membimbing setiap langkah, perjuangan dan perjalanan kehidupan warga gereja. Sehingga mampu melewati beratnya tantangan perjalanan kehidupan iman.


Saudara-saudara yang diberkati Tuhan

Tanggal 1 Desember 1912 Pdt. Russell H. Conwell Pendiri dari “Temple University Philadelphia” menceritakan kisah nyata seorang anak perempuan berdiri di dekat sebuah gereja kecil di mana dia telah ditolak untuk masuk ke gereja oleh anak-anak lain pada waktu itu dengan alasan gereja sudah penuh. Saat itu Pendeta Conwell melihat penampilannya yang lusuh dan tidak terawat, pendeta menebak alasan kenapa dia tidak di masukan ke dalam gereja dan kemudian sang pendeta memegang tangannya, membawanya ke dalam dan mencarikan tempat untuknya di kelas sekolah minggu. Anak itu sangat senang karena pendeta Conwell menemukan tempat duduk untuknya.


Sang gadis kecil ini begitu mendalam tergugah perasaannya, sehingga pada waktu sebelum tidur dimalam itu, ia sempat memikirkan anak-anak lain yang senasib dengan dirinya yang seolah-olah tidak mempunyai tempat untuk belajar tentang firman Tuhan di sekolah Minggu. Ketika ia menceritakan hal ini kepada orang tuanya, yang kebetulan merupakan orang tak berpunya, sang ibu menghiburnya bahwa si gadis masih beruntung mendapatkan pertolongan dari seorang pendeta dan Sejak saat itu, si gadis kecil berteman dengan Pendeta Conwell.


Dua tahun kemudian, si gadis kecil meninggal di tempat tinggalnya di daerah kumuh dan orang tuanya meminta bantuan kepada pendeta Conwell untuk memimpin prosesi pemakaman yang sangat sederhana. Saat pemakaman selesai dan ruang tidur si gadis dirapihkan, sebuah dompet usang, kumal dan sobek-sobek ditemukan, tampak sekali bahwa dompet itu adalah dompet yang mungkin ditemukan oleh si gadis kecil dari tempat sampah. Di dalamnya ditemukan uang receh sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan ditulis oleh seorang anak kecil yang isinya: “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak-anak bisa menghadiri Sekolah Minggu”.


Ternyata selama 2 tahun, sejak ia tidak dapat masuk ke gereja itu,  si gadis kecil ini mengumpulkan dan menabungkan uangnya sampai terkumpul sejumlah 57 sen untuk maksud yang sangat mulia. Ketika sang pendeta membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil ini, sang pendeta segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil ini untuk memperbesar bangunan gereja. Suatu perusahaan koran yang besar mengetahui berita ini dan mempublikasikannya terus menerus. Sampai akhirnya seorang Pengembang membaca berita ini dan ia segera menawarkan suatu lokasi yang berada di dekat gereja kecil itu dengan harga 57 sen, setelah para pengurus gereja menyatakan bahwa mereka tak mungkin sanggup membayar lokasi sebesar dan sebaik itu.


Para anggota jemaat pun dengan sukarela memberikan donasi dan melakukan pemberitaan, akhirnya bola salju yang dimulai oleh sang gadis kecil ini bergulir dan dalam 5 tahun, berhasil mengumpulkan dana sebesar 250.000 dollar, suatu jumlah yang fantastik dan pada saat itu jumlah ini dapat membeli emas seberat 1 ton. Saat ini, gereja tersebut berdiri kokoh di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, dan gereja itu bernama *Temple Baptist Church*, dengan kapasitas 3300 tempat duduk dan *Temple University*, tempat beribu ribu Mahasiswa belajar. Lihat juga *Good Samaritan Hospital* dan sebuah bangunan spesial untuk Sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus ratus pengajarnya. Semuanya itu untuk memastikan jangan sampai ada satu anak pun yang tidak mendapat tempat di Sekolah Minggu.


Saudara-saudara yang diberkati Tuhan

Cerita ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana penolakan yang diterima oleh anak ini dan bagaimana ia menanggapi penolakan yang dilakukan terhadapnya dengan mengumpulkan uang sesuai dengan kemampuannya agar tidak terjadi lagi penolakan-penolakan terhadap anak-anak yang lain. Tentu hal ini memiliki kaitan dengan pembacaan kita yang secara khusus dalam ayatnya yang ke empat, “Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.”


Kitab Perjanjian Baru menyaksikan seperti apa penerimaan dan penolakan umat terhadap Yesus Kristus. Peristiwa Ia dilahirkan disambut sukacita, syukur para Majus dari Timur dengan persembahan emas, kemenyan dan mur. Namun bersamaan dengan itu, ketika Raja Herodes mendengar berita ini, ia merencanakan pembunuhan pada semua bayi yang baru dilahirkan. Nyatalah bahwa dari semula Yesus sudah menjadi batu sentuhan dan sandungan bagi orang tak percaya, tapi menjadi batu penjuru bagi orang yang beriman. Sebagai Batu Penjuru yang hidup Yesus Kristus telah menjadi dasar pembangunan iman umat yang bergumul dan berbeban. Dari segala jenis batu-batuan yang sifatnya benda mati hanya Yesus Kristus satu-satunya menjadi batu hidup di mana gelar itu pula disematkan kepada orang percaya yang adalah gereja-Nya (1 Petrus 2: 5).


Sebagaimana batu penjuru sering dibuang oleh para tukang bangunan, itupun tergambar pada Yesus Kristus yang sering ditolak dan disingkirkan namun tetap ditinggikan serta dimuliakan oleh Bapa di sorga. Batu yang sering dibuang dianggap tidak berguna, telah menjadi batu penjuru yang adalah sumber kehidupan bagi orang percaya. Dia adalah batu yang mahal dan orang beriman tidak akan pernah dipermalukan oleh karena batu yang hidup itu (1 Ptr. 2: 6). Kematian-Nya di kayu salib merupakan simbol bahwa Dia adalah Batu yang mahal. Dan bagi yang tidak percaya kepada Firman Allah, Yesus Kristus telah menjadi batu sentuhan dan sandungan (1 Ptr.2: 8).


Umat dipanggil menjadi rumah rohani yang dibangun di atas dasar batu penjuru hidup, Yesus Kristus, agar kuat dan kokoh tetap berdiri teguh. Sehingga sekalipun badai dan gelombang menghadang dan menerpa kehidupan, kita dimampukan menjaga kemurnian iman dan akan sampai di labuhan yang indah permai bersama-Nya.


Untuk itu Saudara-saudara yang diberkati Tuhan

Marilah kita terus melakukan segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan dan ingatlah pesan firman dalam ayatnya yang pertama dan kedua dalam pembacaan kita ini. “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Amin

All Rights Reserved by YESUS SAHABAT SEJATI © 2018 - 2021
Powered By Blogger, Supported by Zona Kristen Indonesia

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.